Wednesday, April 4, 2007

Mencontek karena Pressure

LifeStyleKids
Mencontek karena Pressure
Rabu, 04/04/2007

”Posisi menentukan prestasi”, saat-saat ujian para siswa berlomba
menempati tempat duduk tertentu,dekat dengan murid paling pintar.Ada juga
yang menyalin pelajaran di kertas-kertas kecil kemudian diselipkan di
tempat tertentu. Berbagai trik dan cara dilakukan untuk mencontek.Mengapa
mereka melakukannya?

MENCONTEK sebenarnya tidak hanya berupa perilaku meniru jawaban teman
sebangku sewaktu ujian. Mencontek dapat dimulai pada usia dini dengan
adanya proses imitasi dari orang lain.Anak tidak sekadar meniru
pelajaran, tapi juga gaya bicara atau berpakaian.

Adapun mencontek pelajaran di sekolah karena tuntutan yang tinggi.
Psikolog anak dari UniversitasIndonesiaLuhSurini YuliaSavitri MPsi
mengatakan,perilaku mencontek pada anak/siswa bisa disebabkan tuntutan yang
terlalu tinggi sehingga anak melakukan segala cara untuk mencapai itu.Anak
akan berpikir tidak usah capek belajar dengan melihat jawaban temannya.

”Perilaku tersebut disebabkan oleh sistem pendidikan lebih ke arah
nilai bukan proses belajar. Anak-anak merasa tuntutan yang dibebankan
terlalu tinggi sehingga lebih memilih cara mudah untuk mendapatkan nilai
bagus,” tutur wanita yang biasa disapa Vivi. Perilaku anak mencontek bisa
juga dilatarbelakangi tuntutan keluarga akan nilai yang bagus. Anak
dikatakan berprestasi jika mempunyai peringkat (ranking) yang bagus.
Orangtua lebih mementingkan nilai sehingga tidak memperhatikan proses
belajar yang dilewati anak.

”Ketika orangtua menuntut seperti ini, anak akan merasa ketakutan
ketika nilainya jelek. Akibatnya, anak akan berusaha mendapat nilai tinggi
melakukan segala macam upaya termasuk mencontek,”sebut Vivi. Hal
tersebut dibenarkan psikolog dari Yayasan Pelangi Anak Indonesia,Dra Psi
Sandra Talago Msc. Dia mengungkapkan, selain sistem pendidikan yang lebih
mementingkan nilai yang bagus atau peringkat yang tinggi. Tuntutan
lingkungan yang lebih mementingkan nilai peringkat dan lebih ”diakui”ketika
mendapatkan nilai yang tinggi.

Anak akan merasakan adanya persaingan sehingga melakukan bermacam cara
agar berhasil. ”Misalnya orangtua bertanya; ’Ranking berapa?’
Pertanyaan ini sebagai pressure bagi anak. Tidak hanya orangtua, tapi juga
lingkungan sekolah juga turut membuat anak tertekan,” lanjut Sandra. Sandra
menambahkan, pendidikan yang menerapkan metode tradisional yang lebih
menekankan angka dan hafalan sehingga lebih memudahkan anak untuk
mencontek.

”Coba kalau sekolah interaktif yang melatih anak didiknya untuk
menjawab secara lisan.Tentu anak akan semakin sulit untuk mencontek jika
dibandingkan dengan jenis soal multiple choiceatau small essay,” kata
Sandra. Kedua jenis soal itu akan memudahkan anak untuk mencontek. Ketika
anak mencontek dan berhasil, anak akan termotivasi kembali untuk melakukan
hal yang sama.

Saat anak mencoba dan berhasil, ada suatu kebanggaan dalam dirinya.
Dalam dua sampai tiga kali kesempatan akan melakukan hal sama.”Tapi ini
bukan suatu habitual (kebiasaan), anak hanya memanfaatkan kesempatan
karena tuntutan yang tinggi,”kata Vivi. Menurut Sandra, anak akan meningkat
rasa percaya dirinya ketika anak berhasil mencontek. ”Untuk itu, anak
perlu ditanamkan honesty, reward, dan punishment agar anak menganggap
bahwa nilai bukan segalanya,” ujar dia.

Perilaku mencontek tidak hanya bisa dilihat dari sisi anak didik.
Seperti yang diungkapkan Kepala Level 4-6 SD Al Izhar Pondok Labu Dra
Prihanti Handayani, perilaku mencontek anak juga bisa menjadi evaluasi bagi
guru. ”Anak mencontek juga bisa menjadi feedback guru, ada beberapa
bagian pelajaran yang belum dimengerti anak,” ujar Yani. Mencontek
merupakan salah satu bentuk kemalasan karena tidak mempunyai rutinitas belajar,
tapi menginginkan nilai yang bagus.

Hargai Proses Belajar
PERILAKU mencontek tidak akan menjadi suatu kebiasaan saat anak mulai
”terlatih”.Perilaku ini tidak serta-merta karena pengawasan guru yang
lemah, tapi juga dipengaruhi faktor keluarga. Lingkungan keluarga
memegang peranan penting karena sebagian waktu anak bersama mereka.

Perilaku mencontek bisa dikurangi dengan peranan orangtua. Dengan
orangtua menganggap nilai bukan segalanya akan mengurangi beban anak.
Orangtua diharapkan mendampingi anak dalam belajar. Orangtua memberikan
pengertian bahwa mencontek merupakan tindakan yang kurang terpuji. ”Orangtua
agar berdialog mengenai konsekuensi yang didapat anak ketika anak
mencontek sehingga anak mengetahui akibat dari perbuatannya,” kata Sandra.

Dengan berdialog akan membantu anak belajar mengenai pemecahan masalah
(problem solving).Menumbuhkan pengertian dalam diri anak tidak semua
pelajaran dapat dikuasai dengan baik. ”Misalnya anak bagus di pelajaran
A,belum tentu bagus juga di pelajaran B.Tanamkan kepada anak, mereka
punya keunggulan di bidang lain,” paparnya. Dialog akan bisa menggali
lebih dalam tentang mencontek dan menemukan insight anak.

”Mengajak anak berdialog, misalnya menurutmu kalau berhasil dengan
pekerjaan sendiri daripada berhasil dengan meniru,” sebutnya.Dari proses
tersebut sehingga anak akan berpikir mencontek adalah tidak baik. Dra
Prihanti Handayani mengingatkan agar bukan hanya orangtua tapi juga guru.
Anak akan lebih dihargai dari prosesnya bukan nilai yang didapatkan.
”Tingkat pemahaman dan usaha yang dilakukan anak didik bukan sekadar
orientasi pada nilai,”paparnya.

Menurut dia, sebaiknya orangtua dan guru tidak menaruh harapan yang
terlalu tinggi. Penekanan anak memahami materi yang diberikan melalui
pemahaman pelajaran.Pemahaman anak dipengaruhi materi pelajaran, metode
yang diterapkan serta evaluasi. Dukungan orangtua juga diperlukan dengan
menanamkan nilai kejujuran, tenggang rasa, toleransi, dan normanorma.

”Kebiasaan anak ini didapatkan angka dari lingkungan terdekat dahulu
yaitu keluarga.Sekolah menjadi faktor pendukung dari pelajaran yang
didapat anak di rumah,” lanjut Yani. Ketika anak tidak dibebani harus
mendapat nilai yang tinggi, tentu anak tidak akan merasa ketakutan. Pemahaman
lebih penting bagi anak yang akan dibawa kelak hingga dewasa.Karena
proses tersebut sebagai bekal dalam menyelesaikan masalah kelak.

Berikan Kepercayaan dan Konsekuensi
MENDAPAT nilai bagus tanpa susah-susah untuk belajar merupakan suatu
godaan anak mencontek.Anak yang mencontek akan merasakan perasaan tidak
nyaman dan tidak akan mencoba lagi. Ada juga anak yang tetap melakukan
tindakan tersebut.

Parahnya, ada anak yang memulai untuk mencontek dan tidak bisa
menghentikannya. Anak yang dipergoki sedang mencontek akan mendapatkan
hukuman.”Anak akan mendapatkan punishment sesuai kesepakatan yang telah
disetujui di awal semester,”ujar Luh Surini Yulia Savitri MPsi.Anak harus
menaati peraturan yang telah disepakati bersama dan anak mengetahui
konsekuensi akibat mencontek. Dia menyarankan agar anak lebih ditekankan
belajar untuk memahami.

”Orangtua mendampingi anak saat belajar dan diberi kepercayaan anak
akan nyaman semakin memudahkan untuk belajar,”katanya. Anak akan
mendapatkan sanksi sesuai perbuatannya seperti pengurangan nilai. Bisa juga anak
dipanggil personal dan diajak berdialog alasan mencontek.Konsekuensi
anak yang mencontek, anak mengulang kembali tes dengan materi yang
berbeda. Walaupunanakbarupertama kali mencontek dan ketahuan, anak tetap
mendapat sanksi tapi tidak perlu memarahi anak di depan teman-teman
sekelas.

”Ketika memarahi anak di depan kelas, anak akan menjadi malu.Teguran
seperti ini akan menimbulkan masalah baru lagi bagi anak,”lanjut Vivi.
Penerapan disiplin ini harus konsisten. Tak jauh berbeda, Dra Psi Sandra
Talago Msc mengatakan, peraturan yang telah disepakati bersama berarti
anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. ”Anak juga belajar
bertanggung jawab mengenai kesepakatan yang telah diambil. Jadi bukan sanksi
muncul setelah perilaku mencontek muncul,”kata Sandra.

Berikan anak kepercayaan untuk menyelesaikan masalahnya. Anak akan
belajar menyelesaikan pekerjaannya tidak selalu diingatkan. ”Saat anak
sadar telah diberi kepercayaan, anak akan bertanggung jawab tidak selalu
diingatkan,” kata Sandra.

Berdasarkan pengalaman Dra Prihanti Handayani dalam mendidik anak
didiknya,ketika mendapati anak mencontek anak diberi soal lain. ”Selain itu,
anak dipanggil dan mengerjakan tes sendiri. Anak diharuskan mengulang
ujian kembali dengan mengerjakan soal di tempat lain,”ujar Yani.
(hendrati hapsari)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/kids/mencontek-karena-pressure.html


No comments: